BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh
bidan. Jadi, asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan
yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus,
bayi, dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat
menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Apabila tidak diberikan asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita pada masa perkkuliahan, sehingga pada
saat calon bidan diterjunkan di lahan praktek sudah mampu untuk
memberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita dengan benar.
Ada beberapa masalah yang lazim terjadi diantaranya
adalah adanya bercak mongol, hemangioma, ikhterus, muntah dan gumoh, oral
trush, diaper rash, dan seborrhea, furunkel, milliariasis, diare, obstipasi,
infeksi, dan sindrom bayi meninggal mendadak.
Atas dasar pemikiran di atas, maka kami menyusun
makalah ini dengan harapan mahasiswa kebidanan dapat dengan mudah memahami
masalah yang lazim terjadi pada neonatus, bayi, dan balita terutama masalah
milliriasis.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Milliariasis ?
2.
Apa penyebab dari milliriasis ?
3.
Bagaimana patofisiologi milliariasis
?
4.
Apa saja pembagian dan tanda gejala
milliariasis ?
5.
Bagaimana penatalaksanaan milliariasis ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian
milliariasis
2.
Untuk mengetahui penyebab dari
milliariasis
3.
Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi
dari milliariasis
4.
Untuk mengetahui apa saja pembagian
dan tanda gejala dari milliariasis
5.
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan milliariasis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Lima
definisi dari miliariasis yang berbeda, yaitu:Miliariasis merupakan penyakit
kulit yang disebabkan oleh tertutupnya saluran kelenjar keringat. (Hassan,
1984). Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai
dengan adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987). Milliariasis adalah
dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori
kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Ada pendapat
lain yang mengatakan bahwa miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat
penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas
lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim
hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka
menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar
keringat. Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan
anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh
edema akibat keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
Yang kelima
yaitu Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi,
leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat
diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak
gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
Milliariasis
disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, ataupickle heat. Milliariasis adalah dermatosis
yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar
keringat.(Vivian Nani,2010)
B. Etiologi
Penyebab
terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta adanya
infeksi bakteri.
1.
Udara panas dan lembab dengan
ventilasi udara yang kurang
2.
Pakaian yang terlalu ketat, bahan
tidak menyerap keringat
3.
Aktivitas yang berlebihan
4.
Setelah menderita demam atau panas
5.
Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh
bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat
keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
C. Patofisiologi
Patofisiologi
terjadinya milliariasis di awali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar
keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran
keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar dimuara kelenjar keringat
lalu disusul dengan tingginya radang dan oedema akibat perspirasi yang tidak
dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum korneum.
Milliariasis
sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan
apendik yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru
lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya
pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan
dapat menyebar ke daerah sekitarnya.
D. Pembagian dan Tanda Gejala
1.
Milliria kristalina
Milliaria kristalina ini timbul pada
pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat, seperti pasien demam yang
terbaring ditempat tidur. Lesinya berupa vesikel yang sangat superfisial,
bentuknya kecil, dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm. Umumnya lesi ini
timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma yang paling ringan,
misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan
tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan berlangsung singkat. Biasanya tidak
ada keluhan dan dapat sembuh dengan sendirinya.
2.
Milliaria rubra
Millia ruba memiliki gambaran berupa
papula vesikel dan eritema di sekitarnya. Keringat menembus kedalam epidermis,
biasanya disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah
disekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan dapat
juga menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.
3.
Miliaria profunda
Bentuk ini agak jarang terjadi
kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria
rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama
terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih
dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak
gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)
Pada gambaran histopatologik tampak
saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa
infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban
yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang
tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula
resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi dapat dimana saja,
kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah
daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan
penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama
sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang
hebat. (Hassan, 1984)
4.
Milliaria fustulosa
Pada umumnya didahului oleh
dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel
superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal, tegas,
superfisial dan tak berhubungan dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus
Andrianto, 1988)
E.
Gejala dan Tanda Milliariasis
Milliariasis
pada bayi baru lahir memiliki gejala atau tanda sebagai berikut :
a. Bintik
kemerahan yang terjadi pada kulit bayi
b. Bayi
rewel
F. Penatalaksanaan Milliariasis
Asuhan yang
diberikan pada neonatus,bayi dan balita dengan milliariasis trgantung pada
beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang diberikan yaitu
1.
Mengurangi penyumbatan keringat dan
menghilangkan sumbatan yang sudah timbul
2.
Menjaga kebersihan tubuh bayi
3.
Mengupayakan menciptakan lingkungan
dengan kelembapan yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien
tinggal diruang ber ac atau didaera \yang sejuk dan kering
4.
Menggunakan pakaian yang menyerap
keringat dan tidak terlalu sempit
5.
Segera mengganti pakaian yang basah
dan kotor
6.
Pada milliaria rubra dapat diberikan
bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan
ruam.
G.
Peran Bidan
Berikut ini merupakan peran bidan
dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan kesehatan promotif,
kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu:
1. Pelayanan
kesehatan promotif
Memberikan
informasi kepada ibu mengenai:
a) Perawatan
kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b) Kebersihan
kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit
saat menggaruk.
c) Keringat
yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah
dan kotor. (Vivian, 2010)
2. Pelayanan
Kesehatan Preventif
a) Menggunakan
pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
b) Melakukan
perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
c) Menjaga
kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak
menggores kulit saat menggaruk
d) Keringat
harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan
kotor. (Vivian, 2010)
3. Pelayanan
Kesehatan Kuratif
a) Topikal bisa
diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan antigatal, dapat
ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan
salephidrofilik bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran
keringat yang normal.
b) Kasus ringan
bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi. Bila sangat gatal, pedih, luka
dan timbul bisul akibat infeksi, penderita sebaiknya segera dibawa ke dokter.
Dokter akan memberikan obat minum serta krim atau salap bila diperlukan, untuk
mengatasi keluhan tersebut. Dan bila timbul bisul jangan dipijat arena kuman
dapat menyebar ke sekitar sehingga semakin meluas. (Arjatmo Tjoktronegoro dan
Hendra Utama, 2000)
c) Biang keringat
yang tidak kemerahan dan kering, anjurkan untuk diberi bedak salicil atau bedak
kocok setelah mandi. Dan bila membasah jangan berikan bedak karena gumpalan
yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010)
4. Pelayanan
Kesehatan Rehabilitatif
a) Sedapat
mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan, dengan cara menghindari
hawa panas dan kelembaban yang berlebihan, misalnya memakai pakaian tipis dan
menyerap keringat, mandi dengan air dingin dan menggunakan sabun. Selama
berbagai faktor penyebab yang berpengaruh dapat diatasi, kekambuhan dapat
dihindari.
b) Biang
keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah penderita pindah ke
lingkungan yang lebih sejuk, atau ke tempat dengan ventilasi yang lebih baik.
(Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Milliariasis
disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, ataupickle heat. Milliariasis adalah dermatosis
yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar
keringat. Biasanya milliariasis ini disebabkan udara yang panas dan lembab,
pakai yang terlalu ketat dan tidak menyerab keringat, dll. Milliariasis di
awali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat sehingga pengeluaran
keringat tertahan.
B.
Saran
Saran Untuk Tenaga Kesehatan
Penyusun
berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami tentang
macam-macam masalah sering terjadi pada neonatus, bayi dan balita terutama
milliariasis. Serta bagaiman tindakan kita untuk mengatasinya.
Saran Untuk
Institusi
Penyusun
berharap agar makalah tentang milliariasis ini dapat dijadikan
referensi buku di perpustakaan Institusi Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Saran Untuk
Mahasiswa
Penyusun
berharap agar mahasiswa prodi DIII Kebidanan lebih mengetahui
tentang masalah yang serimg terjadi pada neonatus, bayi dan balita. Serta
dapat menerapkan saat praktek di lapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Lia,
Dewi, Vivian Nanny. ASUHAN NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA .
Saleemba Medika . Jakarta . 2010
2. B.
Merenstien, Gerald . BUKU PEGANGAN PEDIATRI EDISI 17 .
Widya Medika , 1995
3. Staff pengajar Ilmu Kesehatan Anak
Universitas Indonesia. ILMU KESEHATAN ANAK 1 .bagian
Ika UI . Jakarta 1985
4. Jelliffe,
D.B .KESEHATAN ANAK DI DAERAH TROFIS . Bumi Aksara .
Jakarta 1982
Tidak ada komentar:
Posting Komentar